Kalau ngomongin masa anak-anak, siapa sih yang ngga kangen? masa ter'unyu' dalam hidup yang dialamin cuma sekali seumur-umur. Nah di usia kita yang sekarang ini, jangan berharap bakalan balik lagi ke masa dimana ada kunciran di kepala yang menyerupai jamur, pita-pita berderet mengelilingi lingkar kepala, rok mungil yang bisa buat tari balet dan ngga ketinggalan pula sepatu kaca dengan lampu yang berkilau-kilau dengan bunyi "cit-cit-cit" (tapi bukan bunyi tikus). Nyampe lebaran cicak juga ngga bakalan tuh kalian yang udah segede bagong terus masuk ke dalam perut lagi dan keluar-keluar bisa langsung jadi anak usia 5 tahunan.
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih rasanya semakin banyak perbedaan yang terjadi pada masa kanak-kanak kita dengan masa adik-adik kita yang lahir era tahun 2000an. Beeuuuhhh, jauh banget bro perbedaannya. Sulit nemuin anak usia SD ke bawah yang masih suka mainin bola bekel, main petak umpet, gobag sodor, dan kawan-kawan sejenisnya. Yang ada malahan kita sering kali dapatkan fenomena anak SD yang puber dini alias dewasa sebelum waktunya. Apa saja hal-hal yang membedakan kehidupan anak SD zaman dulu dengan anak SD zaman sekarang :
1. Permainan
Dari segi permainan saja sudah terlihat jelas dimana letak perbedaannya. Anak jaman sekarang pegangannya bukan lagi karet yang dibikin panjang buat main 'loncat', bola bekel berwarna-warni dengan aneka pilihan, ataupun congklak tapi pegangannya gadget dan sebangsanya yang berisi game beraneka rupa dengan cara memainkannya yang berbeda pula. Kalau dulu sih keren-kerennya pake gimbot. Bahkan tidak jarang anak SD kelas 3 sudah memiliki smartphone keluaran terbaru dengan segala fitur dan tetek bengeknya yang tentunya ngalahin handphone orang tuanya. Justru dari sinilah bisa berdampak kurangnya sosialisasi anak dengan teman-teman sebaya dan lingkungannya.
2. Tontonan
Dari segi tontonan sudah tidak dapat diragukan lagi. Rupanya budaya barat telah benar-benar masuk ke dalam dunia perfilman di Indonesia. Dan sangat disayangkan bukan hal positif yang ditiru, justru hal negatiflah yang semakin digemborkan di sana-sini. Pada era 90-an masih ada acara seperti tralala trilili yang punya banyak lagu anak-anak yang oke, kartun doraemon, sinchan, dan lain-lain. Tapi pada era sekarang anak-anak sudah disuguhkan dengan tontonan sinetron yang temanya berkisar tentang percintaan dan kehidupan di dalamnya yang tidak masuk akal. Dimana ada manusia yang bisa berubah menjadi harimau, serigala, ular dan hewan lainnya. Dan dari sinilah anak-anak belajar hal-hal negatif yang justru bisa merusak moral anak bangsa. Ironisnya ketika masih ada acara kartun yang sering ditayangkan, malahan dianggap kurang 'keren' untuk anak-anak seumuran mereka. Jangan heran kalau anak-anak SD sekarang lebih hafal judul sinetron dari pada pelajaran di sekolahnya.
3. Musik
Dalam hal musik, memang kita pantas memberikan apresiasi untuk industri musik di Indonesia yang sudah berhasil melahirkan penyanyi-penyanyi berbakat di tanah air. Namun sayangnya, dengan kemajuan itu tidak diimbangi dengan kualitas syair lagu yang seharusnya bersifat mendidik. Banyak lagu-lagu sekarang yang rupanya 'salah sasaran'. Lagu-lagu yang seharusnya didengar oleh orang dewasa justru dihafal dan dinikmati oleh anak-anak dibawah umur. Hal yang sangat miris terjadi ketika berada di acara ulang tahun anak berumur 5 tahun iringan musiknya lagu dangdut yang lagi hits sekarang seperti sak**nya tuh di **ni, sisa sem*lam dan lagu-lagu dewasa lainnya. Yang menjadi pertanyaan, itu yang ulang tahun anaknya apa ibunya? pantaskah di acara yang dihadiri anak-anak lagunya justru jauh dari makna positif ?
Bahkan banyak ajang pencarian bakat yang mengatas namakan 'bintang cilik' tetapi lagu-lagu yang dibawakan hampir semuanya lagu dewasa. Lantas kemanakah lagu anak-anak seperti pelangi-pelangi, ambilkan bulan, ular naga, dll ?
4. Penampilan
Penampilan merupakan sisi yang paling mudah untuk kita sorot. Anak yang masih polos dengan anak yang sudah 'banyak tingkah' akan jelas terlihat perbedaannya. Sering kita temui penampilan anak SD kelas 5 sudah bepenampilan layaknya tante-tante, dengan segala kebutuhan tersiernya tentunya. Dari wajah saja kita bisa melihat, kulit halus yang masih sensitif harus terkontaminasi dengan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam kosmetik yang mereka gunakan. Dari penampilan inilah yang bisa menjadi pemicu adanya pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur.
Nah sebagai orang yang lebih dewasa dari mereka, tentunya kita tau apa yang mestinya kita lakukan. Mengawasi setiap tindakannya dan selalu mengarahkan serta memberikan bimbingan terbaik untuk para generasi penerus bangsa ini, bukannya malah menjerumuskan mereka.

