Laporan
Praktikum Fisika Dasar
Resonansi
Bunyi dari Gelombang Suara
Disusun
oleh:
1. Fithriyah Nazhipah ( 0661 13 105 )
2. Novi Widianingsih ( 0661 13 108 )
3. Hidayatul Baroroh ( 0661 13 111 )
Kelompok Kelas : Farmasi D
Tanggal Praktikum : 17 Oktober 2013
Asisten Praktikum :
1.
Dra.
Tri Rahma, M.Si
2.
Rissa
Ratimanjari, S.Si
3.
Desi
LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah swt atas kesempatan yang telah diberikan_Nya kami dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Fisika Dasar yang berjudul “Resonansi Bunyi
dari Gelombang Suara”. Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah praktikum fisika dasar tahun ajaran 2013/2014.
Laporan ini dibuat dengan
berbagai observasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun
sampaikan terima kasih kepada pihak- pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu demi tersusunnya laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini,
penyusun menyadari masih banyak kekurangan. Untuk itulah kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan demi sempurnanya
laporan ini.
Akhirnya penyusun berharap semoga
laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Bogor,
Desember 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Tujuan Praktikum
1.2
Dasar Teori
BAB II ALAT
DAN BENDA
II.1 Alat
II.2 Bahan
BAB III METODE
PERCOBAAN
BAB IV DATA
PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
IV.1 Data
Pengamatan
IV.2 Perhitungan
BAB V PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
VI.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.1 Data
Pengamatan
1.2 Tugas
Akhir BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Tujuan
Praktikum
1.
Mengamati dan memahami peristiwa
resonansi dari gelombang suara
2.
Menentukan kecepatan merambat gelombang
suara di udara
3.
Menentukan frekuensi dari suara
garputala
1.2
Dasar Teori
Gelombang suara dapat dipandang
sebagai simpangan ataupun gelombang tekanan jika gelombang suara merambat dalam
suatu pipa. Maka pada ujung pipa akan terjadi pemantulan sehingga akan terjadi
interferensi antara gelombang datang dengan gelombang pantul. Pada panjang
tabung yang tertentu dapat terjadi resonansi gelombang suara yang ditandai
dengan adanya suara yang menggaung agak keras. Dalam percobaan ini dipakai
tabung yang salah satu ujungnya tertutup. Untuk tabung seperti ini jika terjadi
resonansi, maka pada ujung terbuka terjadi perut gelombang sedangkan pada ujung
tertutup terjadi simpul gelombang. Sebagai koreksi sebenarnya perut gelombang
simpang tidak terjadi pada ujung terbuka di dekatnya.
Apabila pada kolom udara yang
terletak di atas kolom permukaan air digetarkan sebuah garputala,
molekul-molekul di dalam udara tersebut akan bergetar.
Syarat
terjadinya resonansi yaitu sebagai berikut :
a.
Pada permukaan air harus terbentuk
simpul gelombang.
b.
Pada ujung tabung bagian atas merupakan
perut gelombang.
Peristiwa
resonansi terjadi sesuai dengan getaran udara pada pipa organa tertutup. Jadi,
resonansi pertama akan terjadi jika panjang kolom udara di atas air ¼ λ,
resonansi kedua ¾ λ, resonansi ketiga 5/4 λ , dan seterusnya.
Jarak
antara perut dengan simpul yang berdasarkan adalah ¼ λ, dengan demikian
hubungan antara panjang tabung dengan panjangg gelombang adalah :
L = (2n + 1) λ/4 – e
n = 0,1,2,3,4,dst
λ = Panjang gelombang
atau
dapat ditulis :
L = (2n + 1) v/4f – e
Resonansi
ordo pertama terjadi untuk n = 0 dan L = L0, sedangkan resonansi ordo kedua
terjadi untuk n = 1 dan L = L1. Dengan menggunakan resonansi ordo pertama dan
kedua akan didapatkan persamaan :
L1 – L0 = V/2f
L1 – 3L0 = 2e
Banyak contoh
dari peristiwa resonansi yang dihadapi dalam kehidupan sehari – hari, antara
lain : bila berdekatan dengan sebuah gelas dan dibangkitkan suatu nada (
frekuensi ) yang besarnya sama dengan frekuensi alam gelas itu sendiri maka
gelas itu akan bergetar ( berbunyi) sekeras – kerasnya. Bila nada ( frekuensi )
tadi dibunyikan cukup keras dan secara terus – menerus maka getar gelas akan
semakin diperkeras sehingga gelas dapat pecah. Dengan suara, orang dapat
menghancurkan suatu benda. Juga peristiwa keruntuhan pesawat terbang yang
kecepatannya mendekati kecepatan menjalar bumi berdasar atas peristiwa
resonansi. Getar pesawat yang disebabkan oleh gerak mesin – mesinnya yang
diteruskan pada udara sebagai bunyi, tidak dapat dengan cepat ditinggalkan (
atau meninggalkan ) pesawat terbang karena kecepatan pesawat terbang tidak
berbeda banyak dengan keepatan menjalar bumi. Akibatnya ialah getar badan
pesawat terbang diperkeras dengan cepat sekali sehingga pesawat terbang runtuh
karena hal tersebut. Dengan kecepatan agak di atas kecepatan menjalar bumi,
pesawat terbang dapat terbang dengan selamat. Konsep resonansi yang terjadi
antara garputala (sumber getar) dengan kolom udara dapat dijadikan dasar untuk
menentukan nilai kecepatan suara di udara secara cepat dan mudah dibandingkan
dengan cara yang lainnya.
BAB
II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
1. Tabung resonansi berskala beserta reservoirnya
2. pemukul garpatula
3. Jangka sorong
2.2 Bahan
1. Beberapa garpatula dengan salah satu di antaranya
diketahui frekuensinya.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
1.
Mencatat suhu, tekanan dan kelembaban ruangan sebelum dan sesudah percobaan.
2.
Mengukur diameter bagian dalam tabung beberapa kali.
3.
Mengusahakan agar permukaan air dekat dengan ujung atas dengan mengatur
reservoir (jangan sampai tumpah).
4.
Menggetarkan garpatula yang telah diketahui frekuensinya dengan pemukul
garfutala. Untuk menjamin keamanan tabung gelas melakukan permukaan garfutala
jauh dari tabung.
5.
Mendekatkan garputala yang bergetar pada ujung atas tabung.
6.
Dengan pertolongan reservoir untuk
menurunkan permukaan air perlahan-lahan sampai pada suatu tinggi tertentu
terjadi resonansi (terdenganr suara mengaung). Ini adalah resonansi ordo
pertama.
7.
Mencatat kedudukan permukaan air.
8.
Menurunkan lagi permukaan air sampai terjadi resonansi ordo kedua, kemudian
mencatat kedudukan ini.
9.
Mengulangi percobaan No. 3 sd 8 untuk memastikan tepatnya tempat-tempat
terjadinyya resonansi.
10.
Mengulangi percobaan No. 3 sd 9
dengan menggunakan garputala yang lain.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Data
Pengamatan
Nama Percobaan :
Pesawat Atwood
Tanggal
Percobaan : 31 Oktober 2013
Nama
Asisten : 1. Rissa
Ratimanjari
2. Desi
Nama
Mahasiswa : 1. Hidayatul Baroroh Nrp. ; 0661 13 111
2. Fuji
Pujawati Nrp. : 0661 13 133
3. Novi Widanengsih Nrp. : 0661 13 108
4.
Fithriyah Nazhipah Nrp. : 0661 13 105
5. Euis
Fitriyah Nrp. : 0661 13 109
6. Sri
Wulan Julianti Nrp. ; 0661 13 106
Keadaan ruangan
|
P (cm)Hg
|
T (°C)
|
C (%)
|
Sebelum percobaan
|
750,5 cm/Hg
|
27°C
|
59 %
|
Sesudah percobaan
|
750,5 cm/Hg
|
27°C
|
65 %
|
No
|
D (m)
|
R (m)
|
E
|
1
|
0,0346
|
0,173
|
0,0138
|
2
|
0,0346
|
0,173
|
0,0138
|
x
|
0,0346
|
0,173
|
0,0138
|
1.
Garputala
1
No
|
L0 (m)
|
L1 (m)
|
V (m/s)
|
F (Hz)
|
e
|
1
|
0,08
|
0,24
|
1957,3
|
979
|
0,12
|
2
|
0,07
|
0,24
|
1957,3
|
979
|
0,135
|
X
|
0,115
|
0,24
|
1957,3
|
979
|
0,1875
|
2.
Garputala
2
No
|
L0 (m)
|
L1 (m)
|
V (m/s)
|
F (Hz)
|
e
|
1
|
0,11
|
0,35
|
1957,3
|
4077,7
|
0,01
|
2
|
0,10
|
0,34
|
1957,3
|
4077,7
|
0,02
|
X
|
0,16
|
0,52
|
1957,3
|
4077,7
|
0,02
|
3.
Garputala
3
No
|
L0 (m)
|
L1 (m)
|
V (m/s)
|
F (Hz)
|
E
|
1
|
0,19
|
0,57
|
1957,3
|
2575,39
|
0,57
|
2
|
0,20
|
0,60
|
1957,3
|
2446,6
|
0,3
|
X
|
0,29
|
0,87
|
1957,3
|
3798,69
|
0,72
|
4.2 Perhitungan
1. Garputala 1
o
Percobaan
1
o
Cara
mencari nilai F
2 x (L1-L0)
2 x (0,24-0,08)
2x (0,16)
0,32
= 6118,125
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
= 0,12
o
Percobaan
2
o
Cara
mencari nilai F
2 x (L1-L0)
2 x (0,24-0,07)
2 x (0,17)
0,34
= 5756,764
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
= 0,185
v Nilai Rata-Rata dari nilai L0
2
=
0,115
v Nilai Rata-Rata dari Nilai L1
2
= 0,36
v Nilai Rata-Rata dari Nilai V
2
V = 2935,4
v Nilai Rata-Rata F
2
F = 1468,5
v Nilai Rata-Rata e
2
e = 0,1875
2. Garputala 2
o
Percobaan
1
o
Cara
mencari nilai F
2 x (L1-L0)
2 x (0,35-0,11)
2 x (0,24)
0,48
= 40,777
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
e = 0,185
o
Percobaan
2
o
Cara
mencari nilai F
2 x (L1-L0)
2 x (0,34 – 0,10)
2 x (0,24)
0,48
F
= 4077,708
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
e = 0,19
v Nilai rata-rata L0
2
L0 = 0,16
v Nilai Rata-Rata L1
2
L1 = 0,52
v Nilai Rata-Rata V
2
V = 2935,8
v Nilai Rata-Rata F
2
F = 6116,55
v Nilai Rata-Rata e
2
e = 0,02
3. Garputala 3
·
Percobaan
1
o
Cara
mencari nilai F
2 x ( L1-L0)
2 x (0,57-0,19)
2 x 0,38
0,76
F = 2180,657
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
e = 0,285
·
Percobaan 2
o
Cara
mencari nilai F
2 x ( L1-L0)
2 x (0,60-0,20)
2 x 0,4
0,8
F = 2071,625
o
Cara
mencari nilai e
2
2
2
e = 0,3
v Nilai Rata-Rata L0
2
L0 = 0,29
v Nilai
Rata-Rata L1
2
L1 = 0,87
v Nilai Rata-Rata V
2
V = 2935,95
v Nilai Rata-Rata F
2
F = 3798,69
v Nilai Rata-Rata e
2
e = 0,72
BAB V
PEMBAHASAN
Resonansi adalah peristiwa
bergetarnya suatu sistem fisis dengan nilai frekuensi tertentu akibat
dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber) yang bergetar dengan frekuensi
tertentu pula dimana nilai frekuensi ini adalah sama. Pada praktikum ini menggunakan
beberapa garputala yang salah satunya sudah diketahui frekuensinya. Perhitungan
yang digunakan yaitu utuk menentukan frekuensi dari garputala ke 2 dan 3, menentukan cepat rambat, menentukan nilai
rata- rata dari masing-masing perhitungan, dan menentukan nilai e (faktor
koreksi).
Sebelum mencari nilai
kecepatan rambat bunyi udara, sesuai dengan sifat fisis yang diketahui pada
praktikum ini yaitu ukuran diameter tabung sangat kecil dibandingkan dengan
panjang gelombang dan perut gelombang serta simpangannya tidak tepat pada ujung
tabung, maka kami mencari terlebih dahulu faktor koreksi e dengan nilai e adalh
0,6 kali jari-jari tabung. Jari-jari tabung diperoleh sebesar 0,173 m kemudian
dikalikan 0,6. Didapatkan nilai faktor koreksi e sebesar 0,0138. Nilai e ini
yang nanti akan dibandingkan dengan nilai e yang diperoleh dari perhitungan
dengan menggunakan rumus e = (L1 – 3L0) / 2. Setelah itu
kami menentukan nilai cepat rambat bunyi di udara pada masing-masing frekuensi
dan pada ketinggian kolom udara yang berbeda pada saat resonansi terjadi, yakni
frekuensi pada garputala satu (f1) sebesar 979 Hz, f2
4077,7 Hz, dan f3 sebesar 2575,39 Hz. Masing-masing percobaan
dilakukan sebanyak dua kali sehingga didapatkan rata-rata frekuensi dari
masing-masing graputala f1 979 Hz, f2 2575 Hz, dan f3
3798,69 karena pada percobaan ke dua untuk graputala ke 3 didapatkan frekuensi
2446,6 Hz. Nilai f sendiri untuk
graputala 2 dan 3 didapatkan dengan mencari menggunakan rumus f = v / 2 (L1
– L0).
Perhitungan selanjutnya untuk menentukan cepat
rambat bunyi (v). rumus menentukan v yaitu v = 2f . (L1 – L0).
Besarnya v sendiri harus berada di kisaran nilai ± 300 m/s – 350 m/s. Apabila
nilai v yang di dapat melebihi atau kurang berarti harus dilakukan percobaan
ulang. Setelah dihitung, nilai v untuk graputala 1 yaitu sebesar 1957,3 m/s.
Untuk cepat rambat gelombang pada graputala 2 dan 3 besarnya ditentukan sama
dengan besar v pada graputala 1. Untuk besar faktor koreksi sendiri (e) yang
dihitung menggunakan rumus e = (L1 – 3L0) / 2 memiliki perbedaan dengan nilai e yang
dihitung menggunakan rumus 0,6. R. Hal ini bisa disebabkan karena beberapa
faktor, karena kesalahan dalam
percobaan.
Kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi pada
saat percobaan diantaranya yaitu :
-
Ketidakjelian dlam menentukan ketinggian kolom udara pada saat
gelombang bunyi yang keluar dari garputala yang menumbulkan resonansi yang
dicirikan dengan adanya bunyi dengungan yang paling keras.
-
Kesalahan pada saat menaikan atau menurunkan air dalam tabung
resonansi , umumnya karena cara menaikan/menurunkan tabung reservoir tidak
perlahan.
-
Penempatan garputala yang salah serta cara membunyikan garputala
yang salah. Garputala seharusnya ditempatkan pada kotak bunyi tempat garputala
dengan salah satu sisi yang terbuka sebagai tempat keluarnya bunyi. Sisi yang
terbuka inilah yang ditempatkan sedikit di atas bibr tabung resonansi dan
garputala dibunyikan dengan menggunakan pengetuk.
-
Ketidak telitian dalam pengukuran diameter tabung dengan
menggunakan jangka sorong.
-
Ketidak telitian dalam
membaca data pengamatan dan menghitung cepat rambat bunyi serta frekuensi
garputala.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Setelah kami melakukan praktikum
ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan bahwa resonansi adalah peristiwa
bergetarnya suatu sistem fisis dengan nilai frekuensi tertentu akibat
dipengaruhi oleh sistem fisis lain (sumber) yang bergetar dengan frekuensi
tertentu pula dimana nilai frekuensi ini adalah sama. Peristiwa resonansi dapat
diamati dengan menggunakan kolom udara yang terisi dengan air, yang dicirikan
dengan terdengarnya bunyi (dengungan) yang paling nyaring. Cepat rambat bunyi
dipengaruhi oleh ketinggian kolom udara pada tabung dan frekuensi gelombang
bunyi, semakin besar ketinggian kolom udara maka cepat rambat bunyi di udara
semakin besar dan sebaliknya.
VI.2 Saran
Ketika sedang melakukan percobaan
ini, praktikan diharapkan tidak bersuara yang terlalu keras. Karena untuk
melakukan percobaan, dibutuhkan suasana yang sepi agar bisa mendengar dengungan
dari sumber bunyi. Apabila terjadi kesalahan dalam pendengaran dengungan, maka
akan terjadi kesalahan dalam data pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern
(terjemahan). Jakarta : Erlangga.

0 komentar:
Posting Komentar