BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemanfaatan
tanaman obat sebagai obat tradisional merupakan suatau produk pelayanan
kesehatan yang strategis karena berdampak positif terhadap tingkat kesehatan
dan kesejahteraan masyarakat.
Tanaman obat dapat memberikan
nilai tambah apabila diolah lebih lanjut menjadi berbagai jenis produk. Tanaman
obat tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti simplisia
(rajangan), serbuk, minyak atsiri, ekstrak kental, ekstrak kering, instan,
sirup, permen, kapsul maupun tablet.
Simplisia
merupakan bahan alami yang digunakan sebagi bahan baku obat yang mengalami
pengolahan, tetapi sudah dikeringkan. Permintaan bahanbaku simplisia sebagai
bahan baku obat-obatan semakin meningkat dengan bertambahnya industri jamu.
Selain itu, efek samping penggunaan tanaman obat untuk mengobati suatu penyakit
lebih kecil dibandingkan obat sintetis.
Proses
pembuatan simplisia diperlukan beberapa tahapan yaitu pengumpulan bahan baku,
sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan
dan penyimpanan. Agar simplisia memiliki mutu dan ketahanan kualitas yang baik,
selain proses pengumpulan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan dan sortasi kering, juga perlu diperhatikan proses pengepakan dan
penyimpanan karena sangat berpengaruh pada kandungan kadar zat aktif dalam
simplisia.
1.2
Rumusan Masalah
Ada
pun yang menjadi permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1.
Menjelaskan 9 tahap-tahap pembuatan
simplisia secara berurutan
2.
Menjelaskan apa gunanya pengeringan pada
pembuatan simplisia
3.
Menjelaskan hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan pada proses pengeringan simplisia
4.
Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang
bias menyebabkan terjadinya proses Face Hardenindan bagaimana cara
menghindarkan terjadinya proses tersebut
5.
Menjelaskan apa yang disebut dengan
pengeringan secara alami dan menjelaskan tahap-tahap apa saja yang harus
dilakukan
6.
Menjelaskan
apa yang disebut dengan pengeringan secara buatan dan tahap-tahap apa saja yang
harus dilakukan dan ada berapa macam cara-cara pengeringan yang bias
dilakukan
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan makalah ini :
1.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan simplisia
2.
Untuk mengetahui Tahap-tahap dari proses
pembuatan simplisia
3.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pengeringan
4.
Untuk mengetahui factor penyebab face
hardening
5.
Untuk mengetahui apa itu pengeringan
secara alami dan secara buatan
1.4 Manfaat
Ada pun manfaat yang
dapat diambil dari pembuatan makalah ini, antara lain:
1. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan simplisia
2. Dapat
mengetahui Tahap-tahap dari proses pembuatan simplisia
3. Dapat
mengetahui apa yang dimaksud dengan pengeringan
4. Dapat
mengetahui factor penyebab face hardening
5. Dapat
mengetahui apa itu pengeringan secara alami dan secara buatan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 SimplisiaPEMBAHASAN
Apakah simplisia itu? adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali
dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia di bagi menjadi 3, yakni simplisia
Nabati, Hewani, dan Mineral. Ada pun macam-macam simplisia antara lain:
1.
Simplisia Nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh,bagian tanaman
atau eksudat tanaman.
2.
Simplisia Hewani adalah adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa zat kimia murni.
3.
Simplisia mineral adalah adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum
diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Ada
beberapa factor yang mempengaruhi kualitas simplisia :
1.
Bahan –bahan simplisia dan cara
penanganan / penyimpanan
2.
Proses pembuatan/ pengolahan simplisia
3.
Cara pengemasan dan penyimpanan
simplisia
A.
PEMBUATAN SIMPLISIA SECARA UMUM
1. Bahan Baku
Tanaman obat yang menjadi sumber
simplisia nabati merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi simplisia.
Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa
tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya
di hutan atau ditempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan
lain, misanya sebagai tanaman hias, tanaman pagar tetapi bukan dengan tujuan
untuk memproduksi simplisia.
Tanaman budidaya
adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman
budidaya dapat diperkebunkan secara luas, dapat diusahakan oleh petani secara
kecil-kecilan yang berupa tanaman tumpang sari atau Taman Obat Keluarga.
Taman Obat Keluarga
adalah pemanfaatan pekarangan yang secara sengaja digunakan untuk menanam
tanaman obat. Taman Obat Keluarga selain bertujuan untuk dijadikan tempat memperoleh
bahan baku simplisia, dapat berfungsi pula sebagai tanaman hias, taman gizi,
taman buah-buahan, pagar pekarangan dan sebagainya.
Tumbuhan liar
umumnya kurang baik untuk dijadikan sumber simplisia jika dibandingkan dengan
tanaman budidaya, karena simplisia yang dihasilkan mutunya tdak tetap.
Hal ini terutama disebabkan :
1. 1 Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan
yang dipanen tidak tepat dan berbeda-beda. Umur tumbuhan atau bagian tumbuhan
yang dipanen berpengaruh pada kadar senyawa aktif. Ini berarti bahwa mutu
simplisia yang dihasilkan sering tidak sama, karena umur saat panen tidak sama.
2. Jenis
(Species) tumbuhan yang dipanen sering kurang diperhatikan, sehingga simplisia
yang diperoleh tidak sama. Sering juga terjadi kekeliruan dalam menetapkan
suatu jenis tumbuhan, karena dua jenis tumbuhan dalam satu marga (genus) sering
mempunyai bentuk morfologis yang sama. Untuk itu pengumpul harus merupakan
seorang ahli atau berpengalaman dalam mengenal jenis-jenis tumbuhan. Perbedaan
jenis tumbuhan akan memberikan perbedaan pada kandungan senyawa aktif, yang
berarti mutu simplisia yang dihasilkan akan berbeda pula.
3. Lingkungan tempat tumbuh yang
berbeda seringkali mengakibatkan perbedaan kadar kandungan senyawa aktif.
Pertumbuhan tumbuhan dipengaruhi tinggi tempat, keadaan tanah dan cuaca.
Perusahaan obat tradisional yang
menggunakan simplisia berasal dar tumbuhan liar, selain mutu yang berbeda,
sering pula menyebabkan harga yang bervariasi. Usaha membudidayakan tanaman
obat untuk simplisia, diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Keseragaman umur pada saat
panen, lingkungan tempat tumbuh dan jenis yang benar dapat ditentuka dan diatur
sesuai dengan tujuan untuk memperoleh mutu simplisia yang seragam. Selain itu,
tanaman budidaya dapat diusahakan untuk meningkatkan mutu simplsia dengan jalan
:
1.
Bibit dipilih untuk mendapatkan tanaman unggul, sehingga simplisia yang
dihasilkan memiliki kandungan senyawa aktif yang tinggi.
2. Pengolahan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan
perlindungan tanaman dilakukan dengan saksama dan bila mungkin menggunakan
teknologi tepat guna.
2.
Dasar Pembuatan
a. Simplisa dibuat dengan cara
pengeringan
Pembuatan
simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan dengan cepat, tetapi pada
suhu yang tidak terlau tinggi. Pengeringan yang dilakukan dengan waktu lama
akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang.
Pengeringan
yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibakan perubahan kimia pada
kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk bahan simplisia
yang memerlukan perajangan perlu diatur perajangannya, sehingga diperoleh tebal
irisan yang sama pada pengeringan dan tidak mengalami kerusakan.
b. Simplisia dibuat dengan proses
fermentasi
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama,
agar proses tersebut berkelanjutan ke arah yang tidak diinginkan.
c. Simplisia dibuat dengan proses
khusus
Pembuatan simplisia dengan cara
penyulingan, pengentalan, eksudat nabati, pengeringan sari air dan proses
khusus lainya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang
dihasilkan harus memiliki mutu yang sesuai dengan persyaratan.
d. Simplisia pada proses pembuatan
memerlukan air
Pati sebagainya pada proses
pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran
racun serangga, kuman pathogen, logam berat dan lain-lain.
3.
Tahapan Pembuatan
Pada umumnya pemuatan simplisia
melalui tahapan seperti berikut :
pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian,
perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan
pemeriksaan mutu.
a.
Pengumpulan Bahan Baku.
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda, antara lain tergantung pada :
1. Bagian tanaman yang
digunakan.
2. Umur tanaman atau bagian
tanaman yang digunakan.
3. Waktu panen.
4. Lingkungan tempat tumbuh.
Pedoman panen :
a.
Biji, yang telah tua
b.
Buah, waktu pemetikan buah dikaitkan
dengan tingkat kematangan
c.
Daun (pucuk), pengambilan saat
tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetative dan generative.
d.
Daun (tua), dipilih yang telah
membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima
matahari dengan sempurna.
e.
Kulit batang, di ambil saat tanaman
telah cukup umur dan musim yang menguntungkan pertumbuhan
f.
Umbi lapis, diambil saat umbi telah
mencapai besar maksimal dan pertumbuhan di bagian atas berhenti
g.
Rimpang, pengambilan dilakukan di musim kering yang
ditandai mengeringnya bagian atas tanaman.
b.
Sortasi Basah
Untuk memisahkan kotoran-kotoran dan
benda asing lain dari simplisia. Mengurangi kontaminasi mikrobiologi
c.
Pencucian
Bahan yang telah dikupas tersebut tidak memerlukan
pencucian apabila pengupasan dilakukan dengan cara yang tepat dan bersih. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan
menggunakan air bersih mengalir dan kualitasair cucian harus diperhatikan.
d.
Perajangan
Beberapa jenis simplisia perlu mengalami
proses perajangan. Perajangan pada bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil
jangan lagsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh sejama 1hari. Perajangan
dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus.
e.
Pengeringan
Tujuan
pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi
enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
Air
yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat menjadi
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel, masih
dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama
simplisia tersebut mengandung kadar air.
Pengeringan dapat dilakukan anatar
suhu 30-90 , yang paling baik tidak melebihi 60 C , Bila simplisia mengandung
bahan aktif tidak tahan panas maka dikeringkan pada suhu 30-45 C atau dengan cara pengeringan vakum.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan
cara menggunakan sinar matahari atau menggunakan sebuah alat pengering. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pengeringan simplisia adalah suhu pengeringan,
kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan.
Pada pengeringan bahan simplisia sebaiknya tidak menggunakan peralatan yang
terbuat dari plastik. Selama proses pengeringan simplisia hal-hal tersebut
harus benar-benar diperhatikan sehingga akan diperoleh hasil simplisia kering
yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan.
Cara
pengeringan yang salah dapat juga menyebabkan terjadinya “Face Hardening”,
yakni bagian luar bahan sudah kering, sedangkan bagian dalam masih basah. Hal
ini disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pegeringan
tinggi atau terjadi suatu keadaan yang menyebabkan penguapan air pada permukaan
bahan jauh lebih cepat dari difusi air dari dalam permukaan tersebut, sehingga
permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. “Face
Hardening” dapat mengakibatkan kerusakan atau kebsukan di bagian dalam bahan
yang dikeringkan.
Berbagai
cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang, pada dasarnya dikenal dua
cara pengeringan yaitu pengeringan secara alami dan buatan
·
ALAT PENGERING TENDA SURYA
Alat
pengering tenda surya ini adalah alat untuk mengeringkan bahan simplisia dengan
energi surya berbentuk tenda atau kemah. Kapasitas alat tergantung pada jenis
bahan yang dikeringkan. Kapasitas alat 35 kg untuk irisan simplisia, dengan
waktu pengeringan efektif 8-10 jam dengan suhu pengeringan rata-rata 50.
·
ALAT PENJEMUR
Alat penjemur dirancang untuk
mengeringkan simplisia dengan energi surya sebagai alternative untuk menggantikan
penjemuran dengan cara tradisional di atas alas plastic, alas bambu, lantai
semen atau tanah. Tujuannya adalah supaya tanaman simplisia lebih cepat kering,
tidak terganggu hujan dan terhindar dari kotaminasi kotoran. Suhu rata-rata
yang dicapai oleh alat ini adalah 48,5 , dengan suhu maksimum 56,2 dan suhu minimum 32,5 , dengan suhu udara
luar rata-rata adalah 33,5 . Pengeringan dengan alat ini lebih cepat 60% dari
penjemuran tradisional.
1. Pengeringan
Alamiah.
Tergantung
dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang
dikeringkan,
dapat dilakukan dua cara pengeringan, yakni :
a. Dengan
panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian
tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan lain sebagainya
serta mengandung senyawa aktif yang stabil. Pengeringan dengan sinar matahari
banyak dipraktekkan di Indonesia, yang mana merupakan salah satu cara dan upaya
yang murah dan praktis. Pengeringan ini dilakuan dengan cara membiarkan bahan
yang dipotong di udara terbuka diatas tampah-tampah, tanpa kondisi yang
terkontrol, seperti suhu kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan
pengeringan sangat tergantung pada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya tepat
dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak
turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu
pengeringan sehingga memberikan kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya
untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering.
b. Dengan diangin-anginkan an
tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini merupakan cara
utama yang digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti
bunga, daun dan lain sebagainya serta mengandung senyawa aktif yang mudah
menguap.
2. Pengeringan
Buatan.
Kerugian
yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan
buatan adalah udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, listrik,
atau mesin diesel, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau
lemari yang berisi bahan-bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan
diatas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat
pengering yang mudah, murah, sederhana dan praktis dengan hasil yang cukup
baik. Cara yang lain misalnya dengan menempatkan bahan-bahan yang akan
dikeringkan diatas pita atau ban berjalan dan melewatkannya melalui suatu
lorong atau ruangan yang berisi udara yang telah dipanaskan dan diatur
alirannya.
Dengan menggunakan pengering buatan dapat
diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik, karena pengeringan akan lebih
merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh keadaan
cuaca. Sebagai contoh misalnya kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk
penjemuran dengan menggunakan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia
kering dengan kadar air 10 sampai 12 %, dengan menggunakan suatau alat
pengering buatan dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam
waktu 6-8 jam.
Daya
tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis
simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa jenis simplisia yang
dapat tahan lama jika kaar airnya diturunkan 4 sampai 8 %, sedangkan simplisia
lainnya mungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai
12%.
f.
Sortasi Kering.
Sortasi
setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir dari pembutan simplisia.
Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia
dibungkus untuk kemudiandisimpan. Seperti halnya dengan sortasi awal, sortasi
disini dapat dilakukan dengan cara mekanik. Pada simplisia berbentuk rimpang
terlampau besar dan harus dibuang. Dengan demikian pula adanya
partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lainnya yang tertinggal
harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.
g. Pengepakan
dan Penyimpanan.
Simplisia
dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar maupun
dalam, antara lain :
1.
Cahaya : Sinar dari panjang gelombang
tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi,
rasemisasi dan sebagainya.
2. Oksigen udara : Senyawa
tertentu pada simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen
udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk
simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat,
berbutir-butir dan lain sebagainya.
3.
Reaksi Kimia : Perubahan kimiawi pada simplisia yang dapat disebabkan Intern oleh reaksi kima intern, misalnya oleh
enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya.
4. Dehidrasi
: Apabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara
perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga semakin lama semakin
mengecil (kisut).
5.
Penyerapan air : Simplisia yang
higroskopik, misalnya agar-agar, bila disimpan dalam wadah terbuka akan
menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal, basah atau mencair (lumer).
6.
Pengotoran: Pengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber,
misalnya debu atau pasir, eksskresi hewan, bahan-bahan asing(misalnya minyak yang
tumpah) dan fragmen wadah (karung goni).
7. Serangga
: Serangga dapat menimbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh
bentuk ulatnya maupun oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa
kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur,
bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan
sebagainya.
8. Kapang : Bila kadar air dalam simplisia terlalu
tinggi, maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya
terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia, zat
yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menganggu kesehatan.
Selama
penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan
tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang
bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan
simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan
gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.
Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban.
Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih
dahulu sampi kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan
kerusakan pada simplisia.
Cara
menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya
kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan
hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan
kerusakan pada hampir semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan
hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula.
Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga
ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.
Cara
pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan
pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat
melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan
dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun
penyimpanannya.
Wadah
harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi(inert) dengan isinya sehingga
tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan
sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari
cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang
mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas
lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan
terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak,
diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium
foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya.
Bungkus
yang paling lazim digunakan untuk simplisia adalah karung goni. Sering juga
digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton.
Beberapa jenis simplisia terutaman yang berbentuk cairan dikemas dalam botol
atau guci porselen. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit
akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas
pada karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan
terlebih dahulu dalam bentuk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung
plastik dan dijahit. Untuk keperluan perdagangan dan ekspor simplisia dalam bungkus plastik
tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg tiap bal.
Simplisia
yang mudah menyerap air, udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya
penyerapan kelembaban tersebut. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di
bungkus dengan karung atau kantong plastic, dalam peti drum atau kaleng besi
berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia tersebut dimasukkan dalam wada yang
tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan pengering.
Gom
dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton, kayu atau
besi berlapis sedangkan simplisia aroma atau baunya perlu dipertahankan, harus
dikemas dalam peti kayu berlapis timah. Kaleng atau aluminium dapat digunakan
sebagai wadah untuk simplisia kering terutama jika diperlukan penutupan secara
vakum. Akan tetapi kaleng dan bahan aluminium bersifat korosif dan mudah
bereaksi dengan bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium
biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam
ataupun bahan yang lainnya.
Sifat wadah gelas yang mengguntungkan adalah
tidak beraksi, tetapi penggunaan wadah gelas terbatas, karena gelas mudah pecah
dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan. Kertas dan karton tidak
dapat digunakan sebagai pembungkus simplisia secara sempurna oleh karena itu,
biasanya bahan pembungkus kertas perlu dilapis lagi dengan lilin, damar, atau
plastik untuk mencegah keluar masuknya gas dan uap air.
Plastik
biasanya digunakan untuk membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plastik
tidak tahan panas dan mudah menguap. Sekarang ini, aluminium foil mulai banyak
digunakan karena sifatnya mengguntungkan, diantaranya mudah dilipat, ringan
serta dapat mencegah keluar masuknya air dan zat-zat yang mudah menguap
lainnya.
Penyimpanan
simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15 sampai 30 , tetapi
dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5
sampai 15 ), atau tempat dingin (0
sampai 5 ), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut.
Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan
serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia
daun tembakau dikemas dalam keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapisan
pelepah daun pisang yang telah dikeringkan.
Simplisia
harus disimpan didalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia,
terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya maupun alat-alat. Gudang
simplisia harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya,
dibuat dengan konstruksi permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik.
Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran
dan kemungkinan kemasukan air hujan.
Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan
kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun tikus
yang sering memakan simplisia yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya
serangga pemakan simplisia ataupun lalat dan nyamuk, gudang harus bersih dan
bebas dari sampah. Untuk mencegah masuknya tikus ke dalam gudang simplisia,
sedapat mungkun lubang ventilasi, lubang-lubang saluran air dan lubang-lubang
lainnya diberi tutup yang sesuai seperti kasa kawat atau yang lainnya.
Cara
penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak
menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk
simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip “ pertama masuk, pertama
keluar ”, untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan
rapi.
Semua
simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label dan
dicantumkan nama jenis, asal bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam
gudang. Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum,
dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia.
Simplisia
yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan
misalnya tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain
sebagainya dikeluarkan dari gudang dan dibuang.
h. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan
mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan ataupembeliannya dari pengumpul
atau pedagang simplisia. Agar diperoleh simplisia dengan mutu yang mantap,
seyogyanya disediakan contoh pada tiap-tiap simplisia dengan mutu yang pasti
dan memenuhi syarat yang mana dapat dipergunakan sebagai pembanding simplisia.
Pada
tiap-tiap penerimaan atau pembelian simplisia tertentu diperlukan pengujian
mutu yang dicocokkan dengan simplisia pembanding. Contoh simplisia pembanding
tersebut disimpan pada tempat secara khusus untuk menjaga mutunya, dan setiap
jangka waktu tertentu diperiksa kembali mutunya dan apabila kedapatan penurunan
mutu maka perlu dilakukan pergantian simplisa pembandingang baru.
Secara umum, simplisia yang tidak
memenuhi syarat seperti kekeringan, ditumbuhi kapang, mengandung lendir, sudah
berbau dan berubah warna, berserangga atau termakan serangga harus dilakukan
penolakan oleh penerimanya. Pada pemeriksaan mutu simplisia, pemeriksaan dilakukan
dengan cara organoleptik, makroskopik, mikroskopik atau dengan cara kimia.
Beberapa jenis simplisia tetentu ada yang perlu diperiksa dengan uji mutu
secara biologi.
Pemeriksaan organoleptik dan makroskopik
dilakukan dengan menggunakan indera manusia dengan cara mengamati bentuk, warna
dan bau simplisia. Ada kalanya membutuhkan alat optik berupa kaca pembesar
maupun mikroskop. Sebaiknya pemeriksaan mutu organoleptik dilanjutkan dengan
pemeriksaan mikroskopik dengan menggunakan mikroskop dengan mengamati ciri-ciri
anatomi histologi terutama untuk menegaskan keaslian simplisia dan pemeriksaan
untuk menetapkan mutu berdasarkan senyawa aktif.
Sebelum disortir, sebaiknya simplisia
diayak atau ditampi dulu untuk membuang debu/ pasir yang terikut pada simplisia.
Besar kcilnya lubang ayakan disesuaikan dengan ukuran simplisia, misalnya
ayakan untuk jinten hitam dan ayakan unyuk kulit kina harus berbeda. Untuk
memisahkan bahan organik asing dapat dilakukan sortasi manual dengan
menggunakan tangan.
Cara mencegah kerusakan simplisia pada
penyimpanan, terutama adalah memperhatikan dan menjaga kekeringan. Untuk itu
pembungkusan dan pewadahan simplisia harus disesuaikan dengan sifat fisika dan
kimia dari simplisia tersebut. Simplisia yang dapat menyerap uap air/ udara,
dimasukkan atau dibungkus dalam wadah yang rapat, jika perlu dalam wadah yang
diberi kapur tohor untuk bahan pengering.
Simplisia
yang pada saat penerimaan belum cukup bersih, dicuci dengan air bersih,
dikeringkan sampai cukup kering, dibungkus atau dimasukkan dalam wadah yang
sesuai baru disimpan dalam gudang simplisia.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pembuatan simplisia, mulai
dari :
- · Tahap-tahap pembuatan simplisia yang baik
- · Bahan baku yang disesuaikan
- · Proses pengeringan bahan baku dengan melihat kandungan senyawa aktif yang mudah menguap dan tidak tahan panas
- · Faktor yang mempengaruhi pengeringan simplisia, agar tidak mengalami face hardening , sehingga menghasilkan simplisia yang bermutu baik dan tidak mudah rusak.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo, G., 2001, Morfologi
Tumbuhan., Gadjah Mada University Press., Yogyakarta.
Widyaningrum, MPH. 2011. Kitab Tanaman Obat Nasional. Media
Pressindo. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar